Nabi
Muhammad bukanlah kepala negara atau raja, tetapi beliau dihormati para
sahabatnya. Seluruh perbuatan, tutur kata serta gerak-gerik beliau menjadi
perhatian para sahabat untuk dijadikan contoh atau pedoman hidup bagi mereka.
Sahabat
yakin bahwa mereka diperintahkan untuk mengikuti serta menaati apa saja yang
diperintahkan beliau, sebagaimana pernah disabdakan beliau, “Barang siapa
mengikutiku, maka ia termasuk golonganku, dan barang siapa tidak mencintai
sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku”(H.R.Muslim).[1]
Seluruh
apa yang dilihat didengar dan disaksikan oleh para sahabat tentang Rasulullah
selama hidup beliau semuanya adalah sunnah. Dan itu oleh para sahabat kemudian
diriwayatkan di antara mereka juga kepada generasi setelah mereka. Para sahabat
dalam mendapatkan sunnah dari Rasulullah adalah dengan salah satu dari beberapa
cara berikut:[2]
1. Melalui
majlis ta’lim Rasulullah.
2. Melalui
ceramah atau pidato di tempat terbuka.[3]
3. Melalui
peristiwa yang beliau alami lalu beliau menjelaskan hukumnya.
4. Melalui
peristiwa yang dialami oleh para sahabat, lalu ditanyakan kepada Nabi, dan
beliau menjelaskan hukumnya.
5.
Melalui perilaku dan perbuatan Rasulullah yang disaksikan oleh para sahabat.
Melalui perilaku dan perbuatan Rasulullah yang disaksikan oleh para sahabat.
6. Untuk
yang bersifat pribadi (persoalan keluarga terutama menyagkut hubungan suami
istri), Nabi menyampaikan melalui istri-istrinya.[4]
Pada
masa Rasulullah ini periwayatan hadits masih sebatas periwayatan dengan lisan,
dan belum ada penulisan atau pembukuan hadits secara resmi karena memang
dilarang oleh Rasulullah. Rasulullah khawatir akan bercampurnya dengan
al-Qur’an. Ada juga riwayat yang menceritakan bahwa Rasulullah memberi izin
kepada para sahabat untuk menulis hadits. Beberapa ulama berpendapat:[5]
a) Larangan
itu ada pada awal islam, sedangkan izin itu diberikan setelah para sahabat
dirasa mampu membedakan antara al-Qur’an dan sunnah.
b) Larangan
itu bersifat umum, sedangkan izin menulis tersebut hanya diberikan kepada
orang-orang tertentu saja secara khusus.
c) Larangan
menulis tersebut bersifat umum, sedangkan izin tersebut adalah hanya ketika ada
kepentingan khusus.
Di antara sahabat yang
menulis hadits adalah Abdullah bin Amr bin Ash yang tuisannya dikenal dengan
nama Ash-Shahifah Ash-Shadiqah, dan Jabir bin Abdullah Al-Anshori yang
catatannya dikenal dengan nama Shahifah Jabir.
[1] Irham
Khumaidi,Ilmu Hadits untuk Pemula (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), Hlm.121-122.
[2] Diktat
Ilmu Hadits (Blitar: Madrasah Aliyah Maarif NU), Hlm.16.
[3] Irham
Khumaidi,Ilmu Hadits untuk Pemula (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), Hlm.123
[4] Irham
Khumaidi,Ilmu Hadits untuk Pemula (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), Hlm.123-124
[5] Diktat
Ilmu Hadits (Blitar: Madrasah Aliyah Maarif NU), Hlm.16