Laman

Selasa, 29 Oktober 2013

SEJARAH MUNCULNYA HADITS



Nabi Muhammad bukanlah kepala negara atau raja, tetapi beliau dihormati para sahabatnya. Seluruh perbuatan, tutur kata serta gerak-gerik beliau menjadi perhatian para sahabat untuk dijadikan contoh atau pedoman hidup bagi mereka.
Sahabat yakin bahwa mereka diperintahkan untuk mengikuti serta menaati apa saja yang diperintahkan beliau, sebagaimana pernah disabdakan beliau, “Barang siapa mengikutiku, maka ia termasuk golonganku, dan barang siapa tidak mencintai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku”(H.R.Muslim).[1]
Seluruh apa yang dilihat didengar dan disaksikan oleh para sahabat tentang Rasulullah selama hidup beliau semuanya adalah sunnah. Dan itu oleh para sahabat kemudian diriwayatkan di antara mereka juga kepada generasi setelah mereka. Para sahabat dalam mendapatkan sunnah dari Rasulullah adalah dengan salah satu dari beberapa cara berikut:[2]
1.      Melalui majlis ta’lim Rasulullah.
2.      Melalui ceramah atau pidato di tempat terbuka.[3]
3.      Melalui peristiwa yang beliau alami lalu beliau menjelaskan hukumnya.
4.      Melalui peristiwa yang dialami oleh para sahabat, lalu ditanyakan kepada Nabi, dan beliau menjelaskan hukumnya.
5.     
Melalui perilaku dan perbuatan Rasulullah yang disaksikan oleh para sahabat.
6.      Untuk yang bersifat pribadi (persoalan keluarga terutama menyagkut hubungan suami istri), Nabi menyampaikan melalui istri-istrinya.[4]
Pada masa Rasulullah ini periwayatan hadits masih sebatas periwayatan dengan lisan, dan belum ada penulisan atau pembukuan hadits secara resmi karena memang dilarang oleh Rasulullah. Rasulullah khawatir akan bercampurnya dengan al-Qur’an. Ada juga riwayat yang menceritakan bahwa Rasulullah memberi izin kepada para sahabat untuk menulis hadits. Beberapa ulama berpendapat:[5]
a)      Larangan itu ada pada awal islam, sedangkan izin itu diberikan setelah para sahabat dirasa mampu membedakan antara al-Qur’an dan sunnah.
b)      Larangan itu bersifat umum, sedangkan izin menulis tersebut hanya diberikan kepada orang-orang tertentu saja secara khusus.
c)      Larangan menulis tersebut bersifat umum, sedangkan izin tersebut adalah hanya ketika ada kepentingan khusus.
Di antara sahabat yang menulis hadits adalah Abdullah bin Amr bin Ash yang tuisannya dikenal dengan nama Ash-Shahifah Ash-Shadiqah, dan Jabir bin Abdullah Al-Anshori yang catatannya dikenal dengan nama Shahifah Jabir.


[1] Irham Khumaidi,Ilmu Hadits untuk Pemula (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), Hlm.121-122.
[2] Diktat Ilmu Hadits (Blitar: Madrasah Aliyah Maarif NU), Hlm.16.
[3] Irham Khumaidi,Ilmu Hadits untuk Pemula (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), Hlm.123
[4] Irham Khumaidi,Ilmu Hadits untuk Pemula (Jakarta: CV Artha Rivera,2008), Hlm.123-124
[5] Diktat Ilmu Hadits (Blitar: Madrasah Aliyah Maarif NU), Hlm.16