Laman

Jumat, 27 Desember 2013

Kritik sanad Hadits tentang Hutang-Piutang



Teks Hadits (HR.Al-Tirmidzi: 998)
حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ زَكَرِيَّا بْنِ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
“Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Zakariya bin Abu Za`idah dari Sa'ad bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seorang mukmin itu terhalang dengan hutangnya, hingga dibayar hutang tersebut."

Langkah pertama yang ditempuh untuk menentukan kualitas hadits di atas adalah meneliti sanad hadits tersebut dengan memakai metode ilmu rijal al-hadits.

Berikut ini kita akan menelusuri identitas para perawi hadits di atas. Sample yang diambil ialah jalur : Nabi SAW      Abu Hurairah           Abu Salamah        Sa'ad bin Ibrahim           Zakariya bin Abu Za`idah         Abu Usamah      Mahmud bin Ghailan     Al-Tirmidzi. Berikut ini identitas identitas orang-orang yang meriwayatkan dari jalur tersebut:
1.      Biografi sanad
a.        Al-Tirmidzi.[1]
Nama lengkapnya: Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn Musa ibn al-Dahhak atau al-Sakkan al-Sulami, atau Abu Tsa al-Tirmizi, wafat 279 H[2].
Kunyah beliau yaitu Abu 'Isa. Beliau keturunan dari As Sulami; yaitu nisbah kepada satu kabilah yang yang di jadikan sebagai afiliasi beliau, dan nisbah ini merupakan nisbah kearaban dan At Tirmidzi; nisbah kepada negri tempat beliau di lahirkan (Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan dari sungai Jaihun, bagian selatan Iran.
Guru dan muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya antara lain: Mahmud bin Gailan, Ismail bin Musa, Hasan bin Ahmad bin Abi Syu’aib, Abi Amar al-Husain bin Harits, Abdul Jabar bin Ala’, Abi Kuraib, Husain bin Ali bin al-Aswad[3],  dll. Ada satu berita yang mengatakan bahwa imam At Tirmidzi di lahirkan dalam keadaan buta, padahal berita yang akurat adalah, bahwa beliau mengalami kebutaan di masa tua, setelah mengadakan lawatan ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu yang beliau miliki.
Beliau tumbuh di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini sebelum memulai rihlah ilmiah beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa kakeknya adalah orang marwa, kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz, dengan ini menunjukkan bahwa beliau lahir di Tirmidzi.
Negri-negri yang pernah beliau masuki dalam perjalanan mencari ilmu adalah Khurasan, Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, dan Ar Ray.
Kumpulan hadits dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi banyak yang meriwayatkan, diantaranya adalah Abu Bakr Ahmad bin Isma'il As Samarqandi, Abu Hamid Abdullah bin Daud Al Marwazi, Ahmad bin 'Ali bin Hasnuyah al Muqri`, Ahmad bin Yusuf An Nasafi, Ahmad bin Hamduyah an Nasafi, dll.
b.      Mahmud bin Ghailan
Mahmud bin Ghailan ialah sosok seorang yang tsiqah dan hidup pada masa tabi’it tabi’in besar. Beliau dijuluki dengan Abu Ahmad. Beliau lahir di Baghdad wan wafat pada tahun 239 H. Beliau memiliki beberapa guru, di antaranya ialah Abu Usamah, Hafsh bin Umar, Husain bin Ali, Abdullah bin Numair, dll.
Beliau tak kalah juga memiliki beberapa murid yang kini telah menyusun kitab shahih sendiri-sendiri dan sampai saat ini masih dipakai dan dikaji bersama. Kita sudah tak asing lagi dengan beberapa murid beliau yaitu, Imam Bukhori, Imam Muslim, al-Turmudzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad bin Hambal, dan al-Darimi.
Berikut ini penilaian dari beberapa ulama;[4]
An Nasa'i: Tsiqah
Ibnu Hibban: disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Maslamah bin Qasim: Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani: Tsiqah
Adz Dzahabi : Hafizh
c.       Abu Usamah
Beliau bernama lengkap Hamid bin Usamah bin Zaid, keturunan dari suku Quraisy. Beliau hidup ada masa tabi’in kecil. Beliau lahir dan wafat di kota yang sama yaitu Kuffah, dan wafat pada tahun 201 H. Beliau akrab disapa dengan nama Abu Usamah. Beliau termasuk perawi yang tsiqah tsabit rubama dallasun.[5]
Selain berguru pada Zakariya bin Ali Zaidah, beliau juga berguru pada yang lain yaitu, Sa’ad bin Sa’id, Sofyan bin Sa’id, Thalhah bin Yahya, Ubaidillah bin Amr bin Hafsh, dll. Di samping itu, banyak juga yang berguru pada beliau yaitu Mahmud bin Ghailan, Muhammad bin Yusuf, Nasr bin Ali, Musa bin Abdurrahman, dll.
Berikut ini penilaian dari beberapa ulama;[6]
Al 'Ajli: Tsiqah
Yahya bin Ma'in: Tsiqah
Ibnu Hibban: disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Muhammad bin Sa'd : Tsiqah Ma'mun Yudallis
Adz Dzahabi:Hujjah
d.      Zakariya bin Abu Za`idah
Perawi hadits yang memiliki julukan Abu Yahya ini bernama lengkap Zakariya bin Abi Zaidah Khalad. Beliau tergolong orang yang tsiqah yudallis.Beliau lahir di Kufah dan wafat pada tahun 148 H.
Beberapa guru beliau yaitu Sa’ad bin Ibrahim, Khalad bin Salamah, Sa’id bin Abi Bardah, Abdul Malik bin Umair, dll. Beliau juga memiliki banyak murid di antaranya yaitu Hamid bin Usamah, Sa’id bin Abi Yahya, Sofyan bin Sa’id, Sofyan bin Uyainah, dll.[7]
Berikut ini penilaian dari beberapa ulama;[8]
Yahya bin Ma'in; Shalih
An Nasa'i; Tsiqah
Ibnu Hibban; disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ya'qub bin sufyan; Tsiqah
Al Bazzar; Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani; Tsiqah Yudallis
e.       Sa'ad bin Ibrahim
Pemilik kunyah Abu Ishaq ini bernama lengkap Sa’ad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf. Beliau hidup pada masa tabi’in kecil, keturunan dari Az-Zuhry al-Quraisy. Beliau lahir dan wafat di kota yang sama, yaitu Madinah pada tahun 125 H. Beliau tergolong orang yang tsiqah.
Dalam meriwayatkan hadits, beliau berguru pada Abu Salamah. Selain itu beliau juga berguru kepada beberapa ulama di antaranya ialah Abdullah bin Ja’far, Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf (Abu Ishaq), Abu Ubaidah bin Muhammad, dll. Banyak juga dari kalangan luar sahabat yang berguru pada beliau yaitu: Zakariya bin Abi Zaidah, Zuhair bin Mu’awiyah, Ubaidillah bin Sa’ad bin Ibrahim (Abul Fadhl), dll[9]
Berikut ini penilaian dari beberapa ulama;[10]
Abu Hatim; Tsiqah
An Nasa'i; Tsiqah
Ibnu Hibban; disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani; Tsiqah Fadil 'Abid
Adz Dzahabi; tsiqah Imam
f.       Abi Salamah
Beliau adalah seorang perawi yang memiliki nama lengkap Abdullah bin Abdurrahman bin ‘Auf dan biasa disebut juga dengan Abu Salamah. Abu Salamah termasuk pada golongan tabi’in pertengahan dan keturunan dari Az-Zuhry. Beliau lahir di Madinah dan wafat juga di Madinah pada tahun 94 H. Beliau termasuk orang yang tsiqah dalam meriwayatkan hadits.[11]
Selain berguru pada Abu Hurairah, beliau juga berguru pada Anas bin Malik, Abdullah bin Salam, Abu Sufyan bin Sa’id bin al-Mughirah, dll. Beliau juga memiliki beberapa murid, di antaranya yaitu Sa’ad bin Ibrahim, Salamah bin Dinar, Sulaiman bin Yasar, Sofwan bin Salim, dll.
Berikut ini penilaian dari beberapa ulama;[12]
Abu Zur'ah; tsiqah imam
Ibnu Hibban; Tsiqah
g.      Abu Hurairah
Nama lengkapnya ialah Abdurrahman bin Sakhr yang terkenal dengan kunyahnya yaitu Abu Hurairah. Beliau termasuk kalangan sahabat yang sudah otomatis sudah tidak diragukan lagi kualitas beliau maupun haditsnya. Beliau keturunan dari bnagsa al-Dusi Yaman. Beliau dilahirkan dan wafat di Madinah. Beliau wafat pada tahun 57 H.[13]
Selain berguru kepada Nabi Muhammad, beliau juga belajar dari ‘Aisyah binti Abi Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Salam bin Harits, Hasan bin Tsabit, dan lai-lain. Banyak juga yang berguru kepada Abu Hurairah, di antaranya yaitu: Ibrahim bin Isma’il, Abu al-Hakim, Abdullah bin Abdurrahman bin ‘Auf (Abi Salamah), dll.
Berikut ini penilaian dari beberapa ulama;[14]
Ibnu Hajar al 'Asqalani; Shahabat
2.      Analisis sanad
Jika melihat penjelasan di atas, di dalamnya tidak  terdapat rawi yang kredibilitasnya masih diragukan. Dengan demikian, terdapat syarat-syarat yang telah terpenuhi yaitu ketersambungan sanad (ittishal al-sanad). Hal ini dapat dilihat adanya hubungan antara guru dengan murid.
Dan jikalau terdapat perbedaan pendapat terhadap kredibilitas rawi oleh para kritikus hadis dalam menentukan kualitasnya diperlukan kaedah jarh wa ta’dil, yaitu menurut  jumhur ulama hadis, apabila terjadi pertentangan antara kritikus yang memuji dan mencela maka dimenangkan kritikan yang memuji kecuali jika kritikan yang mencela disertai alasan yang jelas.[15]
Dengan demikian simpulan kualitas sanad dari hadis at-Tirmidzi nomor 998 berstatus shahih al-sanad.



[1] Lidwa Pusaka i-Software
[2] Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, juz 5, hlm. 339.
[3] Abu al-Hajaj, Tahzib al-Kamal, Juz 4, hlm. 130.
[4] Lidwa Pusaka i-Software
[5] Mausu’ah al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi .No.998
[6] Lidwa Pusaka i-Software
[7] Mausu’ah al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi.No.998
[8] Lidwa Pusaka i-Software
[9] Mausu’ah al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi.No.998
[10] Lidwa Pusaka i-Software
[11] Mausu’ah al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi.No.998
[12] Lidwa Pusaka i-Software
[13] Mausu’ah al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi,.No.998 
[14] Lidwa Pusaka i-Software
[15] Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadis (Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2003), hlm. 41.