Teks Hadits (HR.Al-Tirmidzi: 998)
حَدَّثَنَا
مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ عَنْ زَكَرِيَّا
بْنِ أَبِي زَائِدَةَ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي
سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى
يُقْضَى عَنْهُ
“Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan, telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Zakariya bin Abu Za`idah dari Sa'ad
bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Seorang mukmin itu terhalang dengan hutangnya,
hingga dibayar hutang tersebut."
Langkah pertama yang ditempuh untuk menentukan kualitas hadits di
atas adalah meneliti sanad hadits tersebut dengan memakai metode ilmu rijal
al-hadits.
Berikut ini kita akan menelusuri identitas para perawi hadits di
atas. Sample yang diambil ialah jalur : Nabi SAW Abu Hurairah Abu Salamah Sa'ad bin Ibrahim Zakariya bin Abu Za`idah Abu Usamah Mahmud bin Ghailan Al-Tirmidzi. Berikut ini identitas
identitas orang-orang yang meriwayatkan dari jalur tersebut:
1.
Biografi
sanad
a.
Al-Tirmidzi.[1]
Nama
lengkapnya: Muhammad ibn Isa ibn Saurah ibn Musa ibn al-Dahhak atau al-Sakkan
al-Sulami, atau Abu Tsa al-Tirmizi, wafat 279 H[2].
Kunyah beliau
yaitu Abu 'Isa. Beliau keturunan dari As Sulami; yaitu nisbah kepada satu
kabilah yang yang di jadikan sebagai afiliasi beliau, dan nisbah ini merupakan
nisbah kearaban dan At Tirmidzi; nisbah kepada negri tempat beliau di lahirkan
(Tirmidz), yaitu satu kota yang terletak di arah selatan dari sungai Jaihun,
bagian selatan Iran.
Guru dan
muridnya dibidang periwayatan hadis: Gurunya antara lain: Mahmud bin Gailan,
Ismail bin Musa, Hasan bin Ahmad bin Abi Syu’aib, Abi Amar al-Husain bin
Harits, Abdul Jabar bin Ala’, Abi Kuraib, Husain bin Ali bin al-Aswad[3], dll. Ada satu berita yang mengatakan bahwa
imam At Tirmidzi di lahirkan dalam keadaan buta, padahal berita yang akurat
adalah, bahwa beliau mengalami kebutaan di masa tua, setelah mengadakan lawatan
ilmiah dan penulisan beliau terhadap ilmu yang beliau miliki.
Beliau tumbuh
di daerah Tirmidz, mendengar ilmu di daerah ini sebelum memulai rihlah ilmiah
beliau. Dan beliau pernah menceritakan bahwa kakeknya adalah orang marwa,
kemudian berpindah dari Marwa menuju ke tirmidz, dengan ini menunjukkan bahwa
beliau lahir di Tirmidzi.
Negri-negri
yang pernah beliau masuki dalam perjalanan mencari ilmu adalah Khurasan,
Bashrah, Kufah, Wasith, Baghdad, Makkah, Madinah, dan Ar Ray.
Kumpulan hadits
dan ilmu-ilmu yang di miliki imam Tirmidzi banyak yang meriwayatkan,
diantaranya adalah Abu Bakr Ahmad bin Isma'il As Samarqandi, Abu Hamid Abdullah
bin Daud Al Marwazi, Ahmad bin 'Ali bin Hasnuyah al Muqri`, Ahmad bin Yusuf An
Nasafi, Ahmad bin Hamduyah an Nasafi, dll.
b.
Mahmud
bin Ghailan
Mahmud bin
Ghailan ialah sosok seorang yang tsiqah dan hidup pada masa tabi’it
tabi’in besar. Beliau dijuluki dengan Abu Ahmad. Beliau lahir di Baghdad wan
wafat pada tahun 239 H. Beliau memiliki beberapa guru, di antaranya ialah Abu
Usamah, Hafsh bin Umar, Husain bin Ali, Abdullah bin Numair, dll.
Beliau tak
kalah juga memiliki beberapa murid yang kini telah menyusun kitab shahih
sendiri-sendiri dan sampai saat ini masih dipakai dan dikaji bersama. Kita
sudah tak asing lagi dengan beberapa murid beliau yaitu, Imam Bukhori, Imam
Muslim, al-Turmudzi, al-Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad bin Hambal, dan
al-Darimi.
Berikut ini
penilaian dari beberapa ulama;[4]
An Nasa'i: Tsiqah
Ibnu Hibban: disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Maslamah bin Qasim: Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani: Tsiqah
Adz Dzahabi : Hafizh
c.
Abu
Usamah
Beliau bernama
lengkap Hamid bin Usamah bin Zaid, keturunan dari suku Quraisy. Beliau hidup
ada masa tabi’in kecil. Beliau lahir dan wafat di kota yang sama yaitu Kuffah,
dan wafat pada tahun 201 H. Beliau akrab disapa dengan nama Abu Usamah. Beliau
termasuk perawi yang tsiqah tsabit rubama dallasun.[5]
Selain berguru
pada Zakariya bin Ali Zaidah, beliau juga berguru pada yang lain yaitu,
Sa’ad bin Sa’id, Sofyan bin Sa’id, Thalhah bin Yahya, Ubaidillah bin Amr bin
Hafsh, dll. Di samping itu, banyak juga yang berguru pada beliau yaitu Mahmud
bin Ghailan, Muhammad bin Yusuf, Nasr bin Ali, Musa bin Abdurrahman, dll.
Berikut ini
penilaian dari beberapa ulama;[6]
Al 'Ajli: Tsiqah
Yahya bin Ma'in: Tsiqah
Ibnu Hibban: disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Muhammad bin Sa'd : Tsiqah
Ma'mun Yudallis
Adz Dzahabi:Hujjah
d.
Zakariya
bin Abu Za`idah
Perawi hadits
yang memiliki julukan Abu Yahya ini bernama lengkap Zakariya bin Abi Zaidah
Khalad. Beliau tergolong orang yang tsiqah yudallis.Beliau lahir di
Kufah dan wafat pada tahun 148 H.
Beberapa guru
beliau yaitu Sa’ad bin Ibrahim, Khalad bin Salamah, Sa’id bin Abi
Bardah, Abdul Malik bin Umair, dll. Beliau juga memiliki banyak murid di
antaranya yaitu Hamid bin Usamah, Sa’id bin Abi Yahya, Sofyan bin Sa’id,
Sofyan bin Uyainah, dll.[7]
Berikut ini
penilaian dari beberapa ulama;[8]
Yahya bin Ma'in; Shalih
An Nasa'i; Tsiqah
Ibnu Hibban; disebutkan dalam 'ats tsiqaat
Ya'qub bin sufyan; Tsiqah
Al Bazzar; Tsiqah
Ibnu Hajar al 'Asqalani; Tsiqah Yudallis
e.
Sa'ad
bin Ibrahim
Pemilik kunyah
Abu Ishaq ini bernama lengkap Sa’ad bin Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf. Beliau
hidup pada masa tabi’in kecil, keturunan dari Az-Zuhry al-Quraisy. Beliau lahir
dan wafat di kota yang sama, yaitu Madinah pada tahun 125 H. Beliau tergolong
orang yang tsiqah.
Dalam meriwayatkan
hadits, beliau berguru pada Abu Salamah. Selain itu beliau juga berguru
kepada beberapa ulama di antaranya ialah Abdullah bin Ja’far, Ibrahim bin
Abdurrahman bin Auf (Abu Ishaq), Abu Ubaidah bin Muhammad, dll. Banyak juga
dari kalangan luar sahabat yang berguru pada beliau yaitu: Zakariya bin Abi
Zaidah, Zuhair bin Mu’awiyah, Ubaidillah bin Sa’ad bin Ibrahim (Abul Fadhl),
dll[9]
Berikut ini
penilaian dari beberapa ulama;[10]
Abu Hatim; Tsiqah
An Nasa'i; Tsiqah
Ibnu Hibban; disebutkan dalam
'ats tsiqaat
Ibnu Hajar al 'Asqalani; Tsiqah Fadil 'Abid
Adz Dzahabi; tsiqah Imam
f.
Abi
Salamah
Beliau adalah
seorang perawi yang memiliki nama lengkap Abdullah bin Abdurrahman bin ‘Auf dan
biasa disebut juga dengan Abu Salamah. Abu Salamah termasuk pada golongan
tabi’in pertengahan dan keturunan dari Az-Zuhry. Beliau lahir di Madinah dan
wafat juga di Madinah pada tahun 94 H. Beliau termasuk orang yang tsiqah
dalam meriwayatkan hadits.[11]
Selain berguru
pada Abu Hurairah, beliau juga berguru pada Anas bin Malik, Abdullah bin
Salam, Abu Sufyan bin Sa’id bin al-Mughirah, dll. Beliau juga memiliki beberapa
murid, di antaranya yaitu Sa’ad bin Ibrahim, Salamah bin Dinar, Sulaiman
bin Yasar, Sofwan bin Salim, dll.
Berikut ini
penilaian dari beberapa ulama;[12]
Abu Zur'ah; tsiqah imam
Ibnu Hibban; Tsiqah
g.
Abu
Hurairah
Nama lengkapnya
ialah Abdurrahman bin Sakhr yang terkenal dengan kunyahnya yaitu Abu Hurairah.
Beliau termasuk kalangan sahabat yang sudah otomatis sudah tidak diragukan lagi
kualitas beliau maupun haditsnya. Beliau keturunan dari bnagsa al-Dusi Yaman.
Beliau dilahirkan dan wafat di Madinah. Beliau wafat pada tahun 57 H.[13]
Selain berguru
kepada Nabi Muhammad, beliau juga belajar dari ‘Aisyah binti Abi Bakar,
Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Salam bin
Harits, Hasan bin Tsabit, dan lai-lain. Banyak juga yang berguru kepada Abu
Hurairah, di antaranya yaitu: Ibrahim bin Isma’il, Abu al-Hakim, Abdullah
bin Abdurrahman bin ‘Auf (Abi Salamah), dll.
Berikut ini
penilaian dari beberapa ulama;[14]
Ibnu Hajar al 'Asqalani; Shahabat
2.
Analisis
sanad
Jika melihat penjelasan di atas, di dalamnya tidak terdapat rawi yang kredibilitasnya masih
diragukan. Dengan demikian, terdapat syarat-syarat yang telah terpenuhi yaitu
ketersambungan sanad (ittishal al-sanad). Hal ini dapat dilihat adanya
hubungan antara guru dengan murid.
Dan jikalau terdapat perbedaan pendapat terhadap
kredibilitas rawi oleh para kritikus hadis dalam menentukan kualitasnya
diperlukan kaedah jarh wa ta’dil, yaitu menurut jumhur ulama hadis, apabila terjadi
pertentangan antara kritikus yang memuji dan mencela maka dimenangkan kritikan
yang memuji kecuali jika kritikan yang mencela disertai alasan yang jelas.[15]
Dengan demikian simpulan kualitas sanad dari hadis
at-Tirmidzi nomor 998 berstatus shahih al-sanad.
[1] Lidwa Pusaka
i-Software
[2] Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib, juz
5, hlm. 339.
[3] Abu al-Hajaj, Tahzib al-Kamal, Juz 4, hlm. 130.
[4] Lidwa Pusaka
i-Software
[5] Mausu’ah
al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi .No.998
[6] Lidwa Pusaka
i-Software
[7] Mausu’ah
al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi.No.998
[8] Lidwa Pusaka
i-Software
[9] Mausu’ah
al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi.No.998
[10] Lidwa Pusaka
i-Software
[11] Mausu’ah al-Hadits
al-Syarif. Sunan turmudzi.No.998
[12] Lidwa Pusaka
i-Software
[13] Mausu’ah
al-Hadits al-Syarif. Sunan turmudzi,.No.998
[14] Lidwa Pusaka
i-Software
[15] Suryadi, Metodologi Ilmu Rijalil Hadis (Yogyakarta: Madani Pustaka
Hikmah, 2003), hlm. 41.